29 Agustus 2009

Sejarah Kepemimpinan dan Islam Gunung Maddah

Gunung Maddah terletak di sebelah timur laut Kecamatan Sampang, berbatasan dengan kelurahan Delpenang, desa Panggung, desa Taddan, dan desa Banjar Talelah. Pada tahun 1900 Masehi Gunung Maddah di Pimpin oleh seorang kepala desa atau yang lebih dikenal dengan sebutan Klebun, kepala desa pertama di pimpin oleh JAMASANG, beliau memiliki tiga orang putra DARSONO, REPOT alias Bapak Barsikan, dan OREP alias Jamargan. Di bawah kepemimpinan JAMASANG masyarakat telah memeluk agama Islam yang dibawa oleh para Wali, namun Islam hanya sebatas agama formalitas yang ajaran – ajarannya tidak difahami secara menyeluruh (kaffah) oleh masyarakat Gunung Maddah, masyarakat Gunung Maddah masih memegang teguh ajaran – ajaran agama nenek moyangnya seperti kebiasaan menaruh sasajen, ruwat, ngadu ayam ( sabung ), kerapan sapi, dan semua aktifitas yang menyimpang dengan ajaran Agama Islam yang mereka anut.
Pada tahun 1910 Masehi JAMASANG meninggal dunia, saat itu masa kepemimpinan berlaku seumur hidup. Kemudian kepemimpinan desa digantikan oleh putra pertama beliau yaitu DARSONO, bapak DARSONO kepala desa ke II tidak memiliki keturunan. Di masa kepemimpinan Bapak DARSONO pemahaman keislaman masyarakat Gunung Maddah tidak ada perkembangan yang signifikan, kebiasaan menaruh sasajen, ruwat, ngadu ayam (sabung ayam), berjudi, dan kebiasaan buruk lainnya masih menjadi tradisi subur di kalangan masyarakat Gunung Maddah saat itu.
Bapak DARSONO meninggal pada Tahun 1930 dan kepemimpinan desapun berakhir pada tahun tersebut. Kemudian digantikan oleh adik beliau REPOT alias bapak Barsikan yang merupakan putra kedua JAMASANG, REPOT alias bapak Barsikan kepala desa ke III memiliki 9 Anak, 6 Putra dan 3 putri : Barsikan (H. Abdul Wahab), Barlian (P. Sumrah), Barsuto (P. Mawar), MAKKUWI, Ersyad, Dasuki, Juriyah (Ning Sayerah), Saidah (B. Habibah), dan Lihadi (B. Saidi), tidak jauh berbeda dengan kepala desa sebelumnya di masa kepemimpinan REPOT alias bapak Barsikan tidak ada kejadian penting, masyarakat Gunung Maddah masih memegang tradisi lama. Di akhir masa jabatan beliau sebelum meninggal REPOT alias bapak Barsikan memberikan wasiat kepada anak – anaknya bahwa sepeninggalnya kelak dia melimpahkan kekuasaannya kepada putra pertama beliau Barsikan alias H. ABDUL WAHAB, namun setelah REPOT alias bapak Barsikan meninggal sedikit ada permasalahan dalam penentuan kepemimpinan desa melihat masih ada satu keturanan JAMASANG yaitu OREP alias Jamargan yang merupakan putra bungsu JAMASANG, maka melalui kesepakatan keluarga terpilihlah penerus kekuasaan desa kepada OREP alias Jamargan pada tahun 1938, OREP alias Jamargan adalah kepala desa ke IV, beliau memiliki 5 Anak, 2 Putra dan 3 Putri, masing – masing : Nawawi (Man Naimah), Sarakna (B. BARDI), Kettel (B. SALIM), Iyak (B. ROMLI), dan MUHAMMAD ALI (P. Sumi). Muhammad Ali (P. Sumi) mempunyai 5 anak laki dan 4 anak perempuan : Sumiati, A. Khairi Ali, A. Fauzi Ali, Siti Kamilah (Kepala Desa Plt.), Mukti Ali, S.Pd.I (penulis), Siti Saadah, Khairul Anwar Ali,S.Pd.I, Syarif Hidayatullah, dan Siti Mufarrohah.
Di masa kepemimpinan Bapak OREP alias Jamargan terjadi peristiwa penting yang tidak bisa dilupakan oleh masyarakat Gunung Maddah yaitu dengan didatangkan oleh Allah seorang Waliyullah Kiyai Jufri dari Jaranguan menghadap kepala desa saat itu, setelah dilayani Kiyai Jufri memohon izin kepada Kepala Desa OREP untuk bermusyawarah dengan tokoh masyarakat saat itu dan terjadilah kesepakatan untuk mendirikan MASJID dan diletakkanlah batu pertama pendirian MASJID yang diberi nama MASJID ANNUR, sesuai dengan artinya An-Nur berarti cahaya, kelak masjid ini menjadi penerang dan cahaya keislaman masyarakat Gunung Maddah ke depan. Penulis menemukan kayu jati peninggalan sejarah pendirian pertama Masjid ANNUR yang terkubur di bawah Masjid yang mengalami renofasi, di kayu jati tersebut terdapat tulisan hadits dan Nushus/ kata mutiara ahasa arab yang penulis yakin tulisan tersebut adalah tulisan Kyai Jufri karena melihat saat itu orang paling Alim/ mengerti agama dan bahasa Arab adalah Kyai Jufri, di dalam tulisan tersebut juga tertera tanda tangan dan tanggal penulisan yaitu pada tahun 1954, kurang lebih tulisan tersebut adalah :
من كان اخر كلامه لااله الاالله دخل الجنة
Barang siapa yang di akhir hayatnya mengucapkan kalimat "Lailaaha illallah/ tiada Tuhan selain Allah" masuk syurga"
الخط يقن ربنا بعد كاتبه و كاتب الخط تحت الارض مدفون
"Tulisan arab ini memberikan keyakinan kepada Tuhan kami setelah penulisannya, dan penulis tulisan arab ini telah terkubur dalam bumi"
من جد وجد
Barang siapa yang cepat dia dapat
من سار وصل
Barang siapa yang berjalan dia akan sampai
محرم صفر
1954
10 x
Ini membuktikan bahwa masjid Annur di dirikan pada tahun tersebut, di awal – awal kepemimpinan OREP alias Jamargan. Kyai Jufri tidak pernah menjadi imam setiap pelaksanaan shalat berjamaah beliau selalu ditemani seorang ustadz untuk menjadi imam di antaranya Kiyai Hamim, Kiyai Yasin Semarang, Kiyai Ibnu dan Kiyai Abdur Razaq Jawa Tengah. Di antara para asatidz tersebut tidak ada berkenan bagi Kiyai Jufri untuk dipilih menjadi ta'mir dan imam tetap Masjid ANNUR, hingga terjadilah pertemuan yang tidak direncanakan oleh Kyai Jufri di BATU AMPAR, beliau dipertemukan oleh Allah dengan hamba-Nya almukarram Kiyai Haji ABDUL KHALIQ dari alumni Tambak Beras Jombang yang saat itu memutuskan nyepi di BATU AMPAR kurang lebih 3 bulan, belum selesai nyepi Allah swt. mempertemukan Kiyai ABDUL KHALIQ dengan Kiyai Jufri, kemudian terjadilah dialog dan pilihan Kiyai Jufri jatuh pada Kiyai ABDUL KHALIQ sebagai ta'mir dan imam tetap di Masjid ANNUR tepatnya pada tahun 1955. Kiyai Jufri memberi tahukan hal tersebut kepada kepala desa saat itu bapak OREP alias Jamargan, beliau meminta kepala desa melayani dan merawat Kiyai Abdul Khaliq. Sejak saat itulah Kiyai Abdul Khaliq menetap dan ikhlash pada keputusan Kiyai Jufri tinggal bersama Kepala Desa OREP dan berkometmen membangan keimanan masyarakat Gunung Maddah, lokasi rumah kepala desa OREP saat itu berada di perbatasan desa Panggung (sekarang rumah Ning Sayerah).
Pada tahun 1956 kiyai Abdul Khaliq memulai cikal bakal Madrasah Diniyah jenjang 6 tahun bertempat di balai desa. Dan pada tahun 1957 kepala desa OREP alias Jamargan berinisiatif pindah rumah melihat tempat yang ditempati berada di desa lain yakni desa Panggung, beliau pindah ke lokasi baru yaitu berada di sebelah timur Masjid ANNUR( lihat. Peta Mukti Ali's House), bersamaan dengan pindahnya Kepala Desa dibangunlah tempat sederhana sebagai ruang untuk kegiatan belajar – mengajar yang kelak menjadi lokasi MIN Gunung Maddah.
Kyai Abdul Khaliq yang saat itu masih bujang lebih sering tinggal di kantor Madrasah dengan dilayani Bapak Hamim/ Pak Hamimah anak angkat bapak OREP alias Jamargan (Klebun Saat itu). Pada tahun 1961 Madrasah Diniyah di bawah asuhan Kiyai Abdul Khaliq berhasil mewisuda alumni pertama di antaranya : Tahar, M. Marli (Kepala MIN Gunung Maddah), P. Rus, Lukman Lumajang, Atem, Bungkel Ismail, Muhammad Khalil (Pengasuh Pondok Pesantren Al-Munir Bangean Gunung Maddah), Nasuri (Tokoh Keagamaan Masjid Al-Munir Bangean Gunung Maddah), Ust. Kayari (Tokoh Keagamaan di Desa Panggung) dan lain sebagainya.
Pada tahun 1958 bapak OREP alias Jamargan meninggal dunia dan kepemimpinan desa digantikan oleh adik kandung beliau yang bernama Barsikan alias H. ABDUL WAHAB kepala desa ke V, yang saat itu bertempat di dusun Bangean 5 km ke arah timur Masjid ANNUR, Barsikan alias H. ABDUL WAHAB memiliki 2 anak, dari 2 isteri yaitu : Siti (B. Sumhari), dan Drs. GUNTUR.
Sepeninggal kepala desa OREP alias Jamargan, Kiyai Abdul Khaliq di asuh oleh Ning Tirah (B. Pati) yang merupakan saudara sepupu OREP alias Jamargan. Dan pada tahun 1961 Madrasah Diniyah di daftarkan menjadi MIN Filial yang menjadi Cabang dari MIN Konang Galis Pamekasan, yang dipimpin oleh Ust. M. Marli yang merupakann alumni pertama Madrasah Diniyah asuhan Kiyai Abdul Khaliq. Kiyai Abdul Khaliq sendiri diberi tanggung jawab oleh pemerintahan saat itu sebagai Penyuluh Agama Departemen Agama Kabupaten Sampang (PNS). Sejak menjadi Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) semua proses belajar mengajar sudah menjadi wewenang Departemen Agama termasuk penentuan Kepala Sekolah.
Pada Tahun 1970 kepala desa Barsikan alias H. ABDUL WAHAB meninggal dunia dan kepemimpinan kepala desa dilanjutkan oleh adik beliau yaitu MAKKUWI ( Pak Barung ) kepala desa ke VI, putra bapak REPOT alias bapak Barsikan kepala desa ke III. Sejak kepemimpinan kepala desa MAKKUWI ada peraturan dari pemerintah pusat tentang batas masa kepemimpinan yakni 8 tahun bukan seumur hidup lagi, dan sejak itu pula ada pemilihan secara umum atau yang lebih dikenal Gadringan bukan dipilih secara kekeluargaan lagi. Kepala desa MAKKUWI memimpin desa sejak 1970 sampai 1989, pada periode kedua kepala desa MAKKUWI menang telak atas 3 pesaingnya di antaranya Bapak Kama putra Ning Tirah sepupu OREP alias Jamargan kepala desa IV dan Samuki dari pihak luar yaitu dari dusun Glisgis. Pada periode kepemimpinan ketiga kepala desa MAKKUWI yang saat itu mencalonkan kembali tidak memenuhi syarat karena faktor usia, dan dimenangkan oleh calon tunggal Drs. GUNTUR kepala desa ke VII putra H. ABDUL WAHAB kepala desa V pada tahun 1991 hingga tahun 2009, di masa kepemimpinan kepala desa GUNTUR ada batasan periode kekuasaan masing – masing 5 tahun yaitu 2 masa bhakti. Pada masa bhakti ke 2 GUNTUR menang dari 4 pesaingnya masing – masing : H. Baihaqi putra angkat MAKKUWI kepala desa ke VI, Ahmad Halil menantu Muhammad Khalil yang merupakan putra Barsuto (P. Mawar) putra REPOT kepala desa III, Mad Shaleh putra bapak Dasuki putra bungsu REPOT kepala desa III, ketiganya masih ada ikatan saudara dengan kepala desa GUNTUR dan satu lagi dari pihak luar SAHAB dusun Gelisgis.
Pada awal Tahun 2009 kepemimpinan kepala desa GUNTUR berakhir karena masa jabatannya sudah habis yaitu 2 periode dan setelah itu beliau terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Sampang periode 2009 – 2014. Kepemimpinan desa dijabat sementara oleh sekretaris desa/ carik, yang merupakan carik perempuan pertama, yaitu Siti Kamilah putri dari Bapak MUHAMMAD ALI putra bungsu bapak OREP alias Jamargan kepala desa Gunung Maddah ke IV hingga sekarang.
Masyarakat Gunung Maddah yang semula dikenal dengan desa para bajingan, karena kebiasaan - kebiasaannya dalam perbuatan yang menyimpang dari ajaran agama, di antaranya Sawung Ayam (sabung), Berjudi, Kerapan Sapi, Carok (perkelahian dengan senjata celurit), dan lain sebagainya. Namun, Pada generasi berikutnya sebagian dari orang tua sadar dengan masa depan desa terutama pemuka agama saat itu yang dikomando oleh KH. Abdul Khaliq, dengan mengutus putra-putrinya ke berbagai pondok terkemuka di jawa, seperti Pondok Mudern Gontor, PP Al-Amien Prenduan, Lirboyo, dengan harapan kelak ada penerus perjuangan Islam di desa Gunung Maddah.
Tepatnya pada awal tahun 1995 saat itu penulis masih duduk di kelas 1 Eksperimen di TMI Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, ada seorang Kiyai beliau Pengasuh Pondok Pesantren Darul Mukhlishin Injelen Sampang yaitu Kiyai Abdul Mu'thy Syukri memohon izin kepada KH. Abdul Khaliq saat itu, beliau bermaksud untuk memindahkan pesantrennya ke Desa Gunung Maddah, dengan tangan terbuka beliau KH. Abdul Khaliq beserta tokoh masyarakat saat itu merestui melihat di Desa Gunung Maddah belum ada Pondok Pesantren yang dapat memberikan warna pada sikap dan tingkah laku masyarakat Gunung Maddah saat itu. Pondok Pesantren Darul Mukhlishin menempati tempat bekas lapangan kerapan sapi saat itu yaitu di sebelah utara Masjid An-Nur di perbatasan desa Panggung dan Gunung Maddah. Jenjang pendidikan yang ditawarkan kepada masyarakat terdiri dari madrasah diniyah MI, MTs, dan Aliyah untuk kelas sore dan MTs Depag/ SMA Diknas untuk kelas pagi, penulis sempat menjabat sebagai kepala sekolah MTs Darul Mukhlishin sebelum akhirnya melanjutkan studi ke IAIN Sunan Ampel Surabaya. Pondok Pesantren Darul Mukhlishin bercorak Salafy seperti Pesantren - Pesantren di Jawa Timur pada umumnya, melihat Kiyai Abdul Mu'thy Syukri Alumni dari Pondok Pesantren Darut Tauhid Injelan Sampang.
Pada tahun berikutnya sekitar tahun 2003 putra dari KH. Abdul Khaliq Ra Habibi Khaliq alumni PIQ Malang dan Ra Syauqi Mubarok Alumni Pondok Pesantren Al-Amien, mendirikan Pesantren Nurul Qur'an yang berlokasi di sebelah barat Masjid Annur (lihat Peta), dengan jenjang pendidikan yang ditawarkan kepada masyarakat pendidikan diniyah saja. Pesantren Nurul Qur'an memadukan sistem salafy dan sistem Gontor / Al-Amien. Kedua Pondok Pesantren ini bersinergi ke arah pembentukan masyarakat Gunung Maddah yang bertingkah laku sesuai dengan ajaran Islam. Fastabiqul Khairat berlomba - lomba dalam berbuat kebajikan merupakan prinsip dasar dari tujuan pendidikan kedua pesantren yang jaraknya hanya beberapa meter saja ini, perbedaan bukanlah menjadi penghalang dalam membangun masyarakat Gunung Maddah yang lebih Islamy, Madany, dan Indonesy.
Banyak perbedaan saat penulis kecil dulu bagaimana tingkah laku masyarakat Gunung Maddah saat itu dan yang dirasakan saat penulis pulang kampung akhir-akhir ini, Sabung, Perjudian, Judi Merpati, Carok, dan kebiasaan-kebiasaan lain yang mendekati syirik sudah hilang dengan sendirinya. Yang terdengar saat ini suara santri dari berbagai daerah seperti Sumatera, Kalimantan, Surabaya, dan lain sebagainya di Desa Kami Gunung Maddah Sampang mereka sedang berlatih Muhadharah/ Bahtsul Masail, At-Tadribu 'alal Khitaabah (Latihan Pidato), Dhibaan, Shalawatan Syarafal Anam, Mengaji/ Menghafal Al-Qur'an, Pramuka, Drum Band, Karnaval Memperingati Hari Besar Islam, dan lain sebagainya, telah mewarnai, merubah wajah, merubah tradisi dan kebiasaan buruk masyarakat Gunung Maddah yang dulu penulis fikir mustahil akan berubah, dan dari desa ini pula ada 2 orang putra desa telah berhasil melenggang menjadi anggota legislatif DPRD Sampang, dan masih banyak prestasi-prestasi positif yang diukir oleh putra terbaik baik desa.
Siapapun Anda yang Membaca Tulisan ini Kami Ucapkan : SELAMAT DATANG DI DESA KAMI, BIARLAH HATI DAN PERASAAN ANDA YANG MERASAKAN SENDIRI...
* KLEBUN/ Kepala Desa Gunung Maddah
1. JAMASANG
2. DARSONO
3. REPOT
4. OREP
5. H. ABDUL WAHAB
6. MAKKUWI
7. GUNTUR
8. KAMILAH (Plt)
* Kiyai dan Tokoh Masyarakat
1. KH. Abdul Khaliq (Dusun Tengah)
2. K. Abdul Mu'thy Syukri (Dusun Tengah)
3. Ust. Marli ( Dusun Tengah)
4. KH. Muhammad Khalil (Dusun Bangean)
5. ...
* Pondok Pesantren/ Madrasah
1. Pondok Pesantren Darul Mukhlishin
2. Pondok Pesantren Al-Munir
3. Pondok Pesantren Nurul Qur'an
4. MIN Gunung Maddah Sampang (Satu-satunya Madrasah Ibtidaiyah Negeri di Kabupaten Sampang)
Bersambung...

0 komentar: